Thursday, December 6, 2018

Kupinang Kau dengan Tahu Mercon

Image result for tahu
Kupinang Kau dengan Tahu Mercon

“Itu, loh, katanya ... si Joko jualan tahu mercon buat ngumpulin uang panai.” Aku menunjuk laki-laki berkumis lele yang sedang meniriskan gorengan. Ecce pun melirik.

“Gila, ya, sampai manusia bangkit dari kubur pun, mustahil bakal terkumpul! Ya ... tapi sebenarnya, tidak ada yang mustahil, sih, dalam film Korea, misal Oppa-oppa ganteng yang seorang CEO jatuh cinta sama cewek kere bla bla bla.” Ecce tertawa jahat dengan dialek khasnya. 

“Cik ... cik ... pedoman hidup kau! Ada kun fayakunnya Allah, kok.”

“Kalau udah bahas itu, aku udah gak bisa ngomong apa-apa lagi.” Ecce tampak menyerah.

Aku dan Ecce pun menemui Joko, teman kelas kami. Kalau boleh jujur, Joko ini jenis manusia langka. Kami sebagai mahasiswa baru yang segenap jiwa raga dipersembahkan untuk IPK, beasiswa, dan melunasi utang sebakol di warteg. Sedang si penjual tahu mercon amatir ini, malah mikirin kawin! Apalagi kesengsemnya sama orang bugis yang uang panainya harga mati.

Uang panai harga mati!

“Woi ...,” sapa Ecce galak, sok keren. Joko, si lubang hidung gede, yang juga saat itu sedang menggaruk-garuk hidung sambil mengaduk adonan tepung jadi syok melihat kami--yang seperti Jelangkung, tiba-tiba nongol, tak diundang, tak dijemput, tak diantar. Ia pun lari.

“Hei, mau ke mana?!” teriakku memanggil Joko yang membawa lari baskom berisi adonan tepung.

“Aku mau mati sajaaa! Akan kutenggelamkan kepalaku di dalam kulkasss!"

Kami saling berpandangan. “Adegan apa ini?” tanya Ecce datar. Aku menggeleng bego.

Sejak saat itu aku baru tahu, kalau Joko mengumpulkan uang panai untuk Ecce dengan berjualan tahu mercon. Dan endingnya dia benar-benar mati! Tapi bukan karena dia sukses memasukkan kepalanya ke dalam kulkas, melainkan ditabrak penjual tahu bulat sepeninggalan kami.

“Joko, kau bisa mendengar, kan?” tanyaku.

“Kamu yakin?” Ecce tampak ragu.

“Iya, orang mati itu bisa mendengar suara kita, kata Ustad Abdul Somad,” sahutku sambil menarik ingus melorot.

“Joko... jangan menggaruk hidung sambil memasak, nanti mati ....”

No comments:

Post a Comment